Apa Itu Edge Server? Edge server adalah jenis server yang ditempatkan lebih dekat dengan lokasi…

Dalam era digital saat ini, hampir semua bisnis dan organisasi bergantung pada sistem teknologi untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. Mulai dari penyimpanan data, aplikasi internal, hingga layanan berbasis web, semuanya membutuhkan server yang stabil dan dapat diandalkan. Namun, banyak orang masih beranggapan bahwa pemasangan server adalah hal rumit dan hanya bisa dilakukan oleh teknisi profesional. . Dengan panduan ini, Anda dapat memahami apa saja proses yang harus dilakukan tanpa harus memiliki latar belakang IT yang mendalam.
- Menentukan Kebutuhan Server
Sebelum memulai pemasangan, langkah pertama adalah memahami kebutuhan server yang ingin dibangun. Apakah untuk website, aplikasi internal, penyimpanan file, atau database? Setiap fungsi membutuhkan spesifikasi berbeda, seperti RAM, prosesor, kapasitas penyimpanan, hingga bandwidth internet. Dengan menentukan kebutuhan sejak awal, Anda dapat memilih server yang tepat tanpa melakukan pembelian perangkat yang berlebihan. - Menyiapkan Perangkat Keras (Hardware)
Pada tahap ini Anda mulai mempersiapkan perangkat fisik yang akan digunakan sebagai server. Jika menggunakan server dedicated, Anda perlu memilih tipe server seperti tower, rackmount, atau blade. Selain itu, komponen internal seperti prosesor (Intel Xeon/AMD EPYC), RAM ECC yang lebih stabil, dan storage SSD untuk kecepatan tinggi harus dipilih dengan cermat. Jangan lupa menyiapkan perangkat pendukung seperti UPS untuk menjaga server tetap menyala saat listrik padam, serta pendingin ruangan agar suhu server tetap stabil. Lingkungan yang tidak ideal seperti ruangan panas atau lembap bisa merusak server lebih cepat. - Instalasi Perangkat pada Rack dan Konektivitas
Jika menggunakan rack server, proses pemasangan harus dilakukan dengan rapi dan mengikuti standar keamanan. Server dipasang pada slot yang sesuai di dalam rack, kemudian dikencangkan menggunakan rail atau bracket. Setelah itu, sambungkan kabel power ke UPS dan kabel jaringan ke switch atau router. Pastikan juga server memiliki sambungan manajemen jarak jauh seperti iDRAC atau iLO agar teknisi bisa memantau server tanpa harus berada di lokasi fisik. Pengaturan kabel yang rapi bukan hanya enak dipandang, tetapi juga penting ketika terjadi gangguan dan Anda harus melakukan pengecekan cepat. - Masuk ke BIOS dan Melakukan Pengaturan AwalKetika server dinyalakan pertama kali, Anda harus masuk ke BIOS untuk memastikan semua komponen dikenali. Di sini Anda dapat mengatur sistem penyimpanan yang ingin digunakan, apakah AHCI standar atau RAID untuk redundansi data. RAID cukup penting jika Anda ingin data tetap aman meskipun salah satu hard disk rusak. Selain itu, atur juga prioritas boot agar server membaca installer OS dari flashdisk atau DVD terlebih dahulu. Beberapa server juga menyediakan pengaturan performa khusus yang bisa dioptimalkan untuk workload tertentu. Update firmware sangat disarankan untuk memastikan server berjalan pada versi terbaru yang lebih stabil dan aman.
- Instalasi Sistem Operasi Server
Pemilihan sistem operasi sangat berpengaruh pada fungsi server. Untuk kebutuhan web, database, dan aplikasi umum, Linux seperti Ubuntu Server, Debian, atau CentOS menjadi pilihan favorit karena ringan, stabil, dan gratis. Sementara itu, Windows Server digunakan untuk layanan berbasis Windows seperti Active Directory, file sharing berbasis domain, atau aplikasi bisnis tertentu. Proses instalasi biasanya meliputi pengaturan partisi disk, pemilihan paket aplikasi dasar, konfigurasi administrator, dan update sistem. Pastikan sistem operasi selalu diperbarui agar tahan terhadap ancaman keamanan dan bug. - Konfigurasi Jaringan (IP Statis, DNS, Gateway)
Server membutuhkan konfigurasi jaringan yang tetap dan tidak berubah-ubah. Penggunaan IP statis sangat penting agar layanan seperti website atau database dapat diakses tanpa gangguan. Pada tahap ini, Anda mengatur alamat IP, subnet mask, gateway, serta DNS. Jika server akan diakses dari internet, Anda juga perlu mengatur port forwarding pada router. Server internal biasanya hanya memerlukan konfigurasi VLAN atau segmentasi jaringan agar keamanannya lebih terjaga. Dengan jaringan yang stabil, performa dan akses server menjadi lebih konsisten. - Instalasi dan Konfigurasi Aplikasi Server
Setelah OS dan jaringan siap, langkah berikutnya adalah menginstal aplikasi sesuai fungsinya. Untuk server web, Anda bisa menggunakan Apache atau Nginx. Jika membutuhkan database, pilih MySQL, MariaDB, atau PostgreSQL. Untuk kebutuhan file sharing di kantor, aplikasi seperti Samba dapat digunakan. Pada tahap ini Anda juga mulai mengatur struktur folder, pengaturan user, izin akses, dan parameter performa. Semakin besar aplikasi yang dijalankan, semakin penting konfigurasi ini untuk memastikan server tidak menjadi lambat atau mudah crash. - Mengamankan Server dari Ancaman
Keamanan server adalah hal yang wajib diperhatikan sejak awal. Anda perlu mengaktifkan firewall untuk membatasi port yang terbuka, menerapkan password kuat, serta mengaktifkan enkripsi seperti SSL. Pada server Linux, menggunakan SSH key login jauh lebih aman dibanding sandi biasa. Selain itu, lakukan pembaruan sistem secara rutin dan pasang antivirus jika diperlukan. Banyak serangan siber terjadi bukan karena teknologi yang buruk, tetapi karena pengaturan keamanan yang diabaikan. Semakin aman server Anda, semakin kecil risiko downtime atau pencurian data. - Testing, Monitoring, dan Optimasi Server
Sebelum server digunakan secara penuh, lakukan berbagai pengujian seperti akses layanan, pengecekan kestabilan jaringan, performa aplikasi, hingga pengujian beban jika diperlukan. Pasang tools monitoring seperti Grafana, Zabbix, atau aplikasi bawaan server untuk memantau suhu, penggunaan CPU, memori, dan storage. Monitoring real-time membantu Anda mendeteksi masalah sejak dini sebelum berdampak pada pengguna. Jika server terasa lambat, Anda dapat melakukan optimasi pada konfigurasi web server, database, atau bahkan mempertimbangkan upgrade hardware. - Dokumentasi dan Pembuatan Sistem Backup
Tahap terakhir adalah membuat dokumentasi lengkap mengenai konfigurasi server, mulai dari instalasi hingga pengaturan masing-masing layanan. Dokumentasi membantu tim IT lain ketika menggantikan tugas Anda atau saat terjadi masalah. Jangan lupa menyiapkan sistem backup otomatis, baik ke NAS, cloud, atau server lain, agar data tetap aman meskipun terjadi kerusakan fisik atau serangan ransomware. Backup yang baik adalah tanda profesionalisme dalam pengelolaan server.
